Bunda Konyol….
Assalammualaikum
warohmatullahi wabarokatuh.
Pagi
ini kita masuk ke kisah pertamaku bersama mbak Ifa ya. Hari Rabu, 31 Januari
2018 yang lalu, aku menjemput mbak Ifa terlambat setengah jam dari seharusnya.
Namun sebelumnya aku sudah memberitahu mbak Ifa kalau aku akan menjemputnya lebih
lama dari jadwal pulang karena harus sharing tentang blogging dulu di suatu
tempat. Alhamdulillah mbak Ifa sudah paham.
Saat
aku sampai di kelasnya, aku lihat kelasnya kosong. Bu guru memberitahuku kalau mbak
Ifa sedang asyik main balon bersama teman-temannya. Aku pun mencarinya di
lapangan, eh ternyata benar mbak Ifa sedang main balon dan kejar-kejaran.
Begitu ceria. Ketika kulihat dia sudah berhenti kejar-kejaran, aku panggil mbak
Ifa dan kulambaikan tangan. Mbak Ifa segera berlari ke arahku, “eh bunda sudah
datang.”
“Bunda
lama, aku dibelikan jajan to.” Protes mbak Ifa saat itu. Eh bukan protes
sebenarnya, ini semacam bentuk negosiasi. Sudah pintar nego kan mbak Ifa? Ya,
tiap ayah bundanya telat jemput pasti minta ‘hadiah’, hehe. Begitu juga kalau
bundanya harus pergi karena ada liputan atau ikut seminar dan terpaksa tidak mengajaknya, pasti saat pulang akan
ditanya “oleh-olehnya mana buat aku, kan aku ditinggal bundanya lama dan
pinter.” Hehehe.
Itu
belajar dari mana coba? Tentu belajar dari pengalaman lah. Karena setiap kali
bundanya habis pergi, dan ketika pulang rumah dapat laporan dari ayahnya kalau
mbak Ifa nggak rewel dan nggak minta mainan handphone, tentu saja pantas
dikasih reward. Belajar dari pola tersebut, dia pun menggunakan hal semacamnya
sebagai alat negosiasi. Ini termasuk dalam ciri gaya belajar anak kinestetik
nih.
Karena
mbak Ifa jarang minta macam-macam, selama masih ada budget ya aku iyakan
request-nya ini. Nah, saat mbak Ifa siang itu minta dibelikan jajan di kantin
sekolah sebelum pulang ke rumah. Aku ingat kalau dompetku ada di tas Affan dan
kutinggal di motor. Aku pun mengajaknya ambil dompet dulu di motor.
Saat
itu aku terkejut dengan responnya yang bilang “ah bunda ki konyol kok,
bolak-balik terus, capek.” Aku pun tertawa mendengar penggunaan kata konyol
yang kurang pas. Lalu aku tanya deh, “tahu kata konyol dari mana mbak?” Mbak
Ifa senyum-senyum aja, “ada deh.” Kulanjutkan wawancaraku dengannya, “emang
apaan artinya konyol?” Dia senyum-senyum sambil bilang, “nggak tahu”. Aku
lanjutkan pertanyaanku, “lah masa nggak tahu kok dipakai? Hihihi.” Mbak Ifa diam
saja dan nampaknya jengkel aku terus bertanya. Mungkin juga malu karena dia
sadar kalau belum begitu paham tentang arti konyol. “Iih, bunda ki tanya-tanya
terus kok, bikin males deh.” Aku jadi tambah geli mendengarnya. “Bukan begitu
mbak, mbak Ifa kalau ngomong sesuatu harus paham dulu, biar pas kalimatnya.
Konyol ah.”
Malamnya
saat di rumah dan sedang ngobrol sama ayahnya. Aku cerita soal “kisah konyol”
tersebut. Ayahnya pun tertawa, “itu kan dari buku yang lagi sering minta
dibacain sama Ifa.” Baru ngeh lah aku dapat kata ‘konyol’ dari mana. “Oalah,
biang keroknya ayah to.”
Ayahnya
nggak terima dibilang biang kerok. “Iih ayah udah kasih tahu artinya kok ke
mbak Ifa. Tadi ngomongnya gayanya begini nggak?” Si ayah mengucapkan kata konyol
dengan gayanya dan memang sama persis dengan yang dilakukan mbak Ifa. Dari sini
aku jadi menemukan ada ciri gaya belajar auditori dan kinestetik di dalam diri
mbak Ifa.
Buat
yang kepo dari buku apa mbak Ifa bisa
tahu tentang konyol. Bukunya judulnya Kota Kita, berisi tentang
cerita-cerita untuk melestarikan dan menjaga lingkungan tempat tinggal kita
gitu deh. Salah satunya cerita tentang kantor pos tua yang direnovasi agar
menarik banyak orang untuk datang. Lalu salah satu bangunan lainnya bilang pada
si kantor pos tua kalau dia nampak konyol setelah direnovasi. Namun ternyata
hal yang dianggap konyol oleh bangunan-bangunan lainnya tidak demikian buat
pengunjung anak-anak yang justru jadi senang sekali mengunjungi si kantor pos
tua.
Kalau
di cerita tersebut, aku dan ayahnya menarik makna konyol sebagai sesuatu yang
lucu atau hal yang nampak bodoh. Sedangkan kalau di web KBBI, konyol diartikan
sebagai berikut;
konyol/ko·nyol/ a cak 1 tidak sopan; kurang ajar; 2 agak gila; kurang akal; 3 tidak berguna; sia-sia;kekonyolan/ke·ko·nyol·an/ n perihal konyol; kekurangajaran
Orangtuanya
jadi belajar lagi nih, biar bisa mengajarkan mbak Ifa menempatkan kata yang pas
sesuai fungsi dan maksudnya. Hmm, seru juga ya menemukan dan memahami gaya
belajar anak. Besok ada kisah menarik apa lagi ya? Sampai jumpa di cerita berikutnya!
Wassalammualaikum warohmatullahi wabarokatuh.
#harikesatu
#Tantangan10hari
#GameLevel4
#GayaBelajarAnak
#kuliahBunSayIIP
No comments for "Bunda Konyol…."
Post a Comment
Terima kasih sudah berkunjung. Jangan lupa tinggalkan komentar, tapi mohon tidak menyisipkan link hidup.
Salam Peradaban,
Bunda Marita